NakulaNews.id – Bekasi, — Dr. H. Abdul Harris Bobihoe, M.Si, Calon Wakil Walikota Bekasi, hadir di studio Asistensi Media Nasional (AsMEN) untuk wawancara podcast pada Jumat, 18 Oktober 2024.
Dalam acara tersebut, Bobihoe, yang berpasangan dengan Tri Adhianto di Pilkada Bekasi 2024, membahas sejumlah isu penting yang dihadapi Kota Bekasi, termasuk pengelolaan limbah dan kepadatan penduduk.
Bobihoe, yang lahir di Gorontalo pada 18 September 1963 dan menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Manado, adalah seorang politisi dari Partai Gerindra.
Ia memiliki pengalaman sebagai Ketua DPRD Jawa Barat selama dua periode, dari 2014 hingga 2024. Dalam Pilkada Bekasi 2024, ia diusung untuk mendampingi Tri Adhianto, Walikota petahana yang maju untuk periode kedua, didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Pengelolaan Sampah: Tantangan dan Peluang
Salah satu isu yang dibahas dalam podcast adalah masalah pengelolaan sampah, terutama kerja sama antara Bekasi dan Jakarta. Bobihoe menyebut bahwa sampah bisa menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat.
“Sampah adalah rizki dan anugerah bagi mereka yang mampu mengolahnya. Kita perlu mengubah mindset masyarakat bahwa sampah adalah peluang,” ujar Bobihoe.
Namun, ia juga menyoroti dampak negatif dari limbah yang tidak dikelola dengan baik, terutama aroma tidak sedap yang sering kali mengganggu warga sekitar, seperti di kawasan Bantar Gebang.
Bobihoe menekankan perlunya adopsi teknologi canggih dalam pengolahan sampah, sebagaimana diterapkan di negara-negara seperti Mesir, agar Kota Bekasi tidak terus-menerus menghadapi masalah gunung sampah.
Kepadatan Penduduk dan Depresi
Dalam diskusi tersebut, Bobihoe juga menggarisbawahi masalah kepadatan penduduk di Bekasi yang menyebabkan tingkat depresi masyarakat meningkat. Ia menyarankan pentingnya menciptakan destinasi wisata lokal agar warga Bekasi tidak perlu bepergian jauh, seperti ke Bandung, untuk mencari hiburan. “Kita harus bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk menciptakan destinasi wisata di Bekasi agar warga tidak perlu meninggalkan kotanya,” jelasnya.
Menurut Bobihoe, meningkatnya stres di kalangan masyarakat dapat memicu gangguan keamanan, seperti tawuran. Oleh karena itu, perubahan mindset dan budaya harus dimulai sejak dini melalui pendidikan di sekolah-sekolah.
Pengaruh Teknologi dan Tantangan Generasi Muda
Bobihoe juga mengkritik penggunaan gadget yang berlebihan di kalangan anak-anak dan remaja. Menurutnya, kebiasaan ini menghambat perkembangan motorik anak-anak karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. “Anak-anak kita sekarang terlalu bergantung pada gadget, dan ini berdampak buruk pada perkembangan mereka,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa tantangan sosial ini perlu ditangani secara serius, terutama dalam menyediakan fasilitas yang lebih mendukung aktivitas fisik dan sosial anak-anak serta remaja.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi Kota Bekasi, Bobihoe berkomitmen untuk terus berupaya mencari solusi terbaik bersama pasangannya, Tri Adhianto, dalam upaya membangun Bekasi yang lebih baik dan sejahtera.***(Aan/AsMEN)