BerandaTERKINIPERUMDA Air Minum Tirta Indra Mengikuti Webinar Pengendalian NRW Melalui Sambungan Rumah...

PERUMDA Air Minum Tirta Indra Mengikuti Webinar Pengendalian NRW Melalui Sambungan Rumah Cerdas

Kehilangan air merupakan salah satu masalah yang acap kali dialami oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Indonesia. Besarnya kerugian finansial akibat kehilangan air menjadi alasan kuat mengapa berbagai upaya harus dilakukan untuk menurunkan angka kehilangan air.

Di awal pemaparannya narasumber mendefinisikan jumlah kehilangan air atau Non Revenue Water (NRW) sebagai jumlah air yang dikonsumsi secara tidak resmi atau tidak direkeningkan. Ia pun menjelaskan bahwa kehilangan air terdiri dari kehilangan yang disebabkan secara fisik (teknis) dan non fisik (administratif). Penyebab utama kehilangan air secara fisik, lanjutnya, disebabkan oleh kebocoran pipa dan limpahan tangki reservoir. Sedangkan kehilangan air non fisik disebabkan beberapa faktor. “Di antaranya konsumsi tak resmi, ketidakakuratan meter air, dan kesalahan penanganan data,” jelasnya.

hampir di setiap PDAM di Indonesia mengalami kehilangan air mulai dari kisaran 30 sampai 70 persen. Hal tersebut tentu mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit mengingat pengolahan airnya pun memerlukan biaya mulai dari bahan kimia, listrik, dan lain-lain. Selain itu, angka kehilangan air yang tinggi juga akan mempengaruhi suplai air bersih PDAM terhadap konsumen. “Semakin besar angka kehilangan air yang terjadi, maka kemampuan suplai air bersih PDAM semakin menurun karena PDAM akan terus merugi dari tahun ke tahun,” terangnya.

Selain itu, untuk menangani permasalahan tersebut, setiap pelaku pengelola air harus mempunyai pola pikir untuk menyelamatkan kehilangan air daripada terus menambah kapasitas air. Menurut nya selain karena modal yang terus bertambah apabila menambah kapasitas air, adanya faktor kelestarian juga menjadi alasan yang tak kalah penting untuk disoroti.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, pengendalian air dapat ditempuh melalui beberapa tahapan. Pertama yakni pembentukan tim pengendalian tingkat air, perencanaan program, pembentukkan Direct Memory Acces (DMA) atau alat pengendali, penyusunan neraca air dan perhitungan Infrastructure Leakage Index (ILI). Setelah itu dilakukan perhitungan Water Balance One (WB 1), WB2, WB3, menghitung WB akhir dan penyusunan ILI akhir program, menganalisis finansial, serta melakukan pelaporan.

Untuk melaksanakan langkah-langkah tersebut, ia menyebutkan, diperlukan adanya komitmen yang kuat dalam mengelola jumlah kehilangan air, indikasi NRW yang saat itu terjadi, target yang jelas, serta prioritas pengendalian NRW. Meski diakuinya hal tersebut bukanlah hal yang mudah, Ia optimistis bahwa jumlah kehilangan air dapat ditekan apabila adanya perbaikan, kolaborasi, dan komitmen dari berbagai pihak. “Tak hanya dari dukungan dari manajemen saja tetapi meliputi alokasi pendanaan, sumber daya manusia, produksi dan distribusi, operasi dan pemeliharaan serta hubungan dengan pelanggan,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Must Read

spot_img