WAKATOBI – Dalam rangka memperingati Hari Lahan Basah Sedunia yang jatuh pada tanggal 2 Februari, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Balai Taman Nasional (BTN) Wakatobi dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Wakatobi menggelar pendidikan lingkungan hidup pada lahan basah bagi para pelajar di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan (Wangsel).
Kegiatan tersebut melibatkan sekitar 130 pelajar dari SMP Negeri 1 Wangsel ini digelar di Desa Liya Mawi pada Sabtu (03/02) lalu. Pelaksanaan kegiatan diselaraskan dengan penerapan Kurikulum Merdeka Belajar dan diisi dengan pengantar singkat tentang Hari Lahan Basah Sedunia, Materi Fungsi Ekosistem Pesisir bagi Kehidupan, Kegiatan Permainan “Pendekar Lingkungan Penjaga Magrove Wakatobi” dan aksi bersih sampah kawasan pesisir laut.
Kegiatan pendidikan lingkungan hidup ini sejalan dengan tema Hari Lahan Basah Sedunia 2024 yang ditetapkan oleh PBB, yaitu ‘Wetlands and Human Wellbeing’ atau ‘lahan basah dan kesejahteraan manusia’. Tema tersebut menyoroti bagaimana semua aspek kesejahteraan manusia terkait dengan kesehatan lahan basah, baik fisik, mental, dan lingkungan.
Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I Wangi-Wangi, Balai Taman Nasional Wakatobi, Union berharap, dengan adanya kegiatan ini, para pelajar sebagai generasi penerus mendapat pemahaman untuk melindungi dan memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya secara berkelanjutan, termasuk ekosistem pesisir yang mencakup lamun, mangrove dan terumbu karang.
” Kami juga berharap ada perubahan perilaku dari masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan keberadaan lahan basah demi kesejahteraan manusia dan lingkungannya,” harapnya dalam pers rilis yang dikirimkan ke awak media ini.
Sementara itu, Kepala Bidang Persampahan DLH Wakatobi La Ode Agu menerangkan, kegiatan pendidikan lingkungan hidup ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan generasi muda tentang pentingnya kelestarian lahan basah.
” Hal ini dapat menumbuhkan motivasi dan semangat konservasi para pelajar terhadap ekosistem lahan basah, terutama lamun, mangrove dan terumbu karang yang ada di sekitarnya,” ujarnya.
Masih menanggapi rangkaian kegiatan dalam peringati Hari Lahan Basah Sedunia, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Adeliya Alim Sabani mengapresiasi kegiatan positif ini, dan dapat mendorong kesadaran pelajar tentang pentingnya ekosistem lahan basah.
” Kegiatan ini sangat bagus bagi para pelajar, karena mereka dapat lebih memahami pentingnya ekosistem lahan basah di lingkungan sekitar. Selain itu, para pelajar juga mendapat pengetahuan dan pengalaman yang berharga karena dapat berinteraksi langsung dengan alam,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Program Wakatobi YKAN La Ode Arifudin menyebutkan jika Di Kabupaten Wakatobi sendiri, terdapat delapan sumber daya penting yang menjadi target konservasi Taman Nasional Wakatobi, dan tiga di antaranya adalah kawasan mangrove, lamun, dan terumbu karang yang termasuk ke dalam ekosistem lahan basah di wilayah pesisir.
Kendati demikian, kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi dan manfaat lahan basah masih minim. Selain faktor iklim, alih fungsi lahan menjadi salah satu faktor utama terganggunya ekosistem lahan basah. Pengelolaan lahan basah secara berkelanjutan harus dikerjakan secara partisipatif dan kolaboratif antara masyarakat, lembaga, dan para pemangku kepentingan.
“Mangrove, lamun, dan terumbu karang sangat berperan penting untuk menjaga ekosistem pesisir, di antaranya adalah melindungi kawasan pesisir dari abrasi air laut, tempat berkembang biak berbagai jenis biota laut, mengurangi pemanasan global, dan juga sebagai sumber perekonomian bagi masyarakat. YKAN bersama Balai Taman Nasional Wakatobi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi terus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program di kawasan konservasi, termasuk bagi wilayah lahan basah di pesisir,” pungkasnya.
Penulis: Zul Pisani