nakulanews.id – Rembang || Calon Bupati Rembang nomor urut 01, Vivit Dinarini Atnasari, kembali menghadapi laporan terkait dugaan kekerasan yang terjadi setahun lalu. Laporan ini diajukan oleh Hary Masahir, seorang wali murid dan pengurus KONI, yang mengklaim menjadi korban tindak kekerasan verbal dan fisik oleh Vivit.
Insiden tersebut diduga terjadi di lingkungan sekolah milik Vivit, yakni SD BIAS, ketika Hary menjemput anaknya pada 3 November 2023. Dalam keterangannya, Hary menyebut dirinya mengalami kekerasan berupa cakaran dan hantaman helm ke wajah yang dilakukan di depan banyak saksi, termasuk anaknya sendiri.
“Anak saya sampai mengalami trauma berat. Dia sering mengigau saat tidur dan tidak tenang. Kejadian ini terjadi di depan siswa lain, jadi jelas sangat memalukan dan menyakitkan,” ungkap Hary saat memberikan keterangan kepada media.
Laporan awal yang sempat diajukan ke Polres Rembang dengan nomor SP2HP B/SP2HP-1/385/XI/RES.1.14/2023/Reskrim tidak mendapat tindak lanjut, hingga akhirnya Hary memutuskan untuk mencabut laporan tersebut. Namun, karena tidak ada itikad baik dari pihak Vivit untuk menyelesaikan masalah ini, ia memutuskan untuk melapor ulang.
Selain dugaan kekerasan fisik, Hary juga menuding Vivit telah mencemarkan nama baiknya dengan menyebut dirinya terlibat dalam penggelapan dana KONI sebesar Rp200 juta. Tuduhan tersebut dinyatakan tidak terbukti, namun hingga kini belum ada klarifikasi atau permintaan maaf dari pihak Vivit.
“Ini bukan soal pilkada, tetapi soal harga diri dan keadilan. Saya berharap Vivit mau memberikan klarifikasi atau penyelesaian, baik secara hukum maupun damai,” tambah Hary.
Hary bahkan telah melibatkan pihak Dinas Pendidikan dan melakukan aksi mogok makan di kantor DPRD Rembang sebagai bentuk protes atas lambannya penanganan kasus ini. Langkah ini akhirnya membuatnya diterima untuk audiensi dengan Ketua DPRD Rembang.
Ketika wartawan mencoba meminta konfirmasi ke kediaman Vivit di Sidowayah, ajudannya, Tatit Dharmawan, menyatakan bahwa Vivit tidak bersedia memberikan komentar atau wawancara terkait masalah ini hingga proses pemilihan kepala daerah selesai.
Kasus ini memicu perhatian publik, terutama menjelang pemilihan kepala daerah Rembang. Banyak pihak menilai bahwa sebagai tokoh publik, Vivit perlu memberikan penjelasan yang transparan atas dugaan ini demi menjaga integritasnya di tengah masyarakat.